KWT Geber Semanggi RW 04 Barusari Semarang Selatan, Terus Bergerak Kembangkan Ekonomi Kreatif dari urban Farming

Jatengpress.com, Semarang – Keterbatasan lahan di perkotaan tidak menjadi halangan bagi Kelompok Wanita Tani (KWT) Geber Semanggi, RW 04 Kelurahan Barusari, Kecamatan Semarang Selatan, Kota Semarang, untuk berbudidaya tanaman pangan.

Bukan bercocok tanam semata, namun melalui keguyuban KWT ini, bisa menghasilkan serangkaian inovasi produk dari urban farming, sehingga menggeliatkan gerakan ekonomi kreatif di kalangan ibu-ibu PKK setempat.

Demi mewujudkan program ketahanan pangan,KWT Semanggi menjalankan urban farming dengan memanfaatkan lahan tidur yang tidak dimanfaatkan. Ini dimulaibtoha tahun lalu, saat didirikannya KWT yang diberi nama Geber Semanggi (Gerakan Bersama Semangat Pagi).

Hasilnya, KWT Semanggi mampu menghasilkan berbagai komoditas tanaman sayur mayur, tanaman obat keluarga, dan komoditas ternak ikan lele dan ayan kampung.

Adalah Windy Arya Dewi SH, Ketua PKK RW 04 Barusari, Kecamatan Semarang Selatan, yang mengajak anggotanya memanfaatkan lahan di lingkungannya tersebut

“Ini adalah implementasi dari 10 Program Pokok PKK. Banyak lahan kosong yang tidak dipakai, kita manfaatkan untuk menanam tanaman toga tanaman sayur, ternak ayam, dan budidaya ikan lele. Setelah panen dimanfaatkan oleh warga dan anggota, dengan membeli dengan harga yang lebih murah,” kata Windy, Minggu (20/10), di sela-sela acara lomba cerdas cermat KWT tingkat Kota Semarang.

Lomba diadakan dalam rangka memperingati HUT ke-3 Kawat Geber Semanggi.

Sejalan dengan program Walikota Semarang Hevearita Gunaryanti Rahayu, tentang urban farming, KWT Geber Semanggi RW 04 Kelurahan Barusari, Semarang Selatan, berinovasi agar komoditas yang ditanam memiliki nilai plus. Sejumlah inovasi pun dicoba.

Hasilnya, mereka bisa mengolah tanaman bayam Brazil menjadi aneka olahan lezat. Salah satunya adalah dawet bayam. Dawet ini sekilas memiliki rupa yang sangat mirip dengan dawet kebanyakan yang terbuat dari beras. Namun dawet dari daun bayam ini rasanya lebih ada manis manisnya.

“Selain dibikin dawet, juga bisa dibikin keripik,’ kata Windy didampingi Ketua KWT Geber Semanggi, Suharyati.

Sejumlah komoditas lain dari implementasi urban farming ini, di antaranya tanaman sayur mayur terong, tomat, cabe, dan lainnya. Ada juga tanaman anggur, jahe merah, jahe emprit kristal. Selain itu, budidaya ikan lele dan ayam kampung.

Selain memberikan dampak ekonomi bagi anggotanya, program urban farming ini kemudian juga ditularkan ke ibu-ibu PKK di tingkat RT.

“Intinya warga karena anggota KWT RT dari RT 01 sampai RT 09, menimba ilmu disini kemudian dikembangkan di RT masing masing,” kata Windy.

Hasil panen komoditas tanaman maupun ternak, sudah dirasakan menjadi income rutin bagi anggota KWT Geber Semanggi ini. Nilai jual olahan dawet bayam keripik, ayam, lele dan komoditas kebun mampu memberikan pemasukan bagi organisasi, juga sayuran murah bahkan gratis bagi anggotanya.

Roni Cahyo Nugroho, Camat Semarang Selatan yang hadir meninjau lokasi urban farming KWT Geber Semanggi mengatakan apresiasinya terhadap KWT tersebut.

“Jadi Geber Semanggi ini merupakan KWT yang untuk mengembangkan budidaya peternakan dan pertanian, merupakan bagian dari upaya menegakkan kedaulatan pangan. Agar kebutuhan pangan tersedia di kebun sendiri,” kata Roni. (Cip)

Foto :
Kegiatan urban farming Kelompok Wanita Tani Geber Semanggi RW 04 Kelurahan Barusari, Semarang Selatan, Kota Semarang, di antaranya bayam Brazil yang diolah inovatif untuk dawet, sayur, maupun keripik. Foto : Sucipto