Puluhan Desa di Purworejo, Masuk Daftar Rawan Kekeringan

JATENGPRESS, PURWOREJO – Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah, termasuk daerah rawan bencana. Berdesarkan Indeks Risiko Bencana (IRB) yang dikeluarkan oleh Badan Nasional Penanggulanan Bencana (BNPB), Kabupaten Purworejo tahun 2023 berada di peringkat ke-7 di Jateng dengan nilai 127,52.

Sedangkan tahun 2024 ini, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Purworejo menargetkan nilai IRB 126 agar tetap berada di peringkat risiko sedang. Semakin kecil nilai IRB dan semakin besar nilai peringkat (ranking) semakin baik kondisinya.

“Semakin banyak mitigasi bencana yang kita berikan, masyarakat makin siap menghadapi bencana. Selain itu, dokumen kontigensi juga harus selalu diperbaiki, kerja sama sengan dinas lain. Banyak indikator yang harus dipenuhi agar IRB dan peringkat Indeks Kebencanaan Daerah (IKD) makin baik,” tutur Plt Kepala Pelaksana (Kalak) BPBD Kabupaten Purworejo, Dede Yeni Iswantini sata ditemui di kantornya, Kamis (25/07/2024).

Lebih lanjut, Yeni mengungkapkan bahwa, Kabupaten Purworejo masuk dalam wilayah darurat kekeringan karena curah hujan kurang dari 50 milimeter per jam. Bupati Purworejo, Yuli Hastuti pun telah membuat SK Tentang Penetapan Status Siaga Darurat Bencana Kekeringan/Kekurangan Air Bersih di Wilayah Kabupaten Purworejo Tahun 2024.

Sejak tanggal 1 Juli 2024 lalu, BPBD telah mulai menyalurkan (droping) air ke beberapa desa. Per hari ini, sudah 88 tangki air bersih disalurkan untuk desa-desa yang mulai mengalami kekeringan.

Desa-desa tersebut adalah, Desa Somorejo, Tlogokotes, Bapangsari, Dadirejo di Kecamatan Bagelen. Sedangkan di Kecamatan Gebang baru Desa Rendeng yang mengajukan permintaan droping air bersih.

Lalu ada Desa Sidorejo (Kecamatan Purworejo), Desa Rowodadi (Kecamatan Grabag) dan Desa Karangsari (Kecamatan Purwodadi).

“Desa Tlogokotes yang terbanyak dropingnya. Sudah 26 tangki ki salurkan ke desa tersebut sejak 1 Juli lalu,” Kata Yeni.

Untuk air, Yeni menuturkan, hanya mengambil air dari PDAM Tirta Perwitasari karena paling siap pakai. Musim kemarau, berdasarkan perkiraan BMKG masih akan terjadi hingga awal Bulan Oktober mendatang.

“Ada 84 desa di 14 kecamatan (dari 16 kecamatan di Purworejo) yang masuk desa rawna bencana kekeringan. Jumlah ini mengacu pada tahun 2023 lalu, hanya Kecamatan Ngombol dan Kutoarjo yang desanya tidak masuk rawan kekeringan,” ujar Yeni.

Untuk mengantisipasi kekeringan tahun inj, BPBD telah memiliki anggaran untuk 1.315 tamlngki air bersih. Jumlah tersebut didapat dari APBD murni Kabupaten Purworejo sebanyak 700 tangki.

Kemudian bertambah menjadi 900 tangki hasil dari efocusing anggaran lain di BPBD. Serta penambahan anggaran pada APBD Perubahan Kabupaten Purworejo menjadi sebanyak 1.315 tangki.

“Untuk menghadapi musim kemarau dan bencana kekeringan, kami juga mendapat bantaun operasional dari BNPB berupa Dana Siap Pakai (DSP) dana sebanyak Rp 200 juta, serta bantuan peralatan berupa tandon air 5.000 liter 20 unit, pompa dorong 3 unit, pompa alkon 10 set, pelbed 30 unit dan tenda pengungsi 2 unit,” ungkap Yeni.

Bantuan tersebut, ungkapnya, diserahkan secara langsung oleh Kepala BNPB RI, Letjen TNI Suharyanto pada acara Rakor di Gedung Ghradika Bhakti Praja Komplek Kantor Gubernur Jateng. (Ning)