Jatengpress.com, Semarang – Polda Jateng Senin (30/12) sore menggelar rekonstruksi gabungan atas kasus penembakan oleh oknum anggota Polrestabes Semarang, Aipda Robiq Zaenudin yang menewaskan siswa SMK Negeri 4 Semarang, Gamma Rizkynata Oktafandy.
Robiq yang telah dipecat dari dinas kepolisian atas tindakannya, dihadirkan dalam rekonstruksi di jalan Candi Penataran Raya, Kalipancur, Ngaliyan, Kota Semarang, depan toko Alfamart. Ini adalah titik dimana Robiq berdiri di tengah jalan raya, dan menembaki rombongan tiga sepeda motor yang melintas yang dinaiki para korban, Gamma dan teman-temannya pada Minggu (24/11) dinihari sekitar pukul 00.20.
Gamma sendiri terkena tembakan di bagian pinggul hingga mengakibatkan siswa kelas XI jurusan Teknik Mesin SMK Negeri 4 Kota Semarang tersebut meninggal dunia.
Rekonstruksi yang dimulai sekitar pukul 15.30, dipimpin Direskrimum Polda Jateng Kombes Pol Dwi Subagyo, juga dihadiri Kabid Humas Polda Jateng, Kombes Artanto.
Lokasi rekonstruksi di jalan raya, mendapat perhatian dari warga. Jalan Candi Penataran Raya ditutup total, seluruh kendaraan yang akan melintas, dihentikan. Ratusan warga menyaksikan rekonstruksi penembakan yang berlangsung selama sekitar satu setengah jam, sejak 15.30 sampai 17.00.
Para saksi diperagakan menaiki tiga sepeda motor Vario masing-masing warna hitam, merah, dan putih.
Tersangka Robiq mengenakan celana biru dan kaos biru Dirtahti (Direktorat Tahanan dan Barang Bukti) Polda Jateng menjalani beberapa adegan yang dia lakukan saat melakukan aksinya menembaki para siswa tersebut.
Sempat terjadi selisih pendapat antara tersangka Robiq Zaenudin dengan saksi korban, Adam yang mengendari motor, pada saat Robiq melepaskan tembakan. Dipergakaan bahwa Robiq terjengkang ke belakang posisi duduk sambil menembak. Namun hal tersebut dibantah oleh saksi korban, Adam.
“Posisinya tidak jatuh terduduk. Kalau dia (Robiq) jatuh terduduk, masak peluru jalannya bisa melintir (membelok?),” kata Adam.
Atas komplain dari anak saksi korban tersebut, kemudian skenario disepakati bahwa Robiq dalam posisi jongkok saat melepaskan tembakan.
Nampak penasihat hukum keluarga Gamma, Zaenal Abidin Petir memperhatikan serius setiap adegan rekonstruksi.
Zaenal Abidin Petir mengungkapkan, dari rekonstruksi tersebut jelas bahwa almarhum Gamma Rizkynata Oktafandy tidak melakukan penyerangan dan tidak memegang senjata. Penembakan oleh Robiq itu dilakukan dalam jarak sangat dekat.
“Posisi yang saya lihat, tidak ada dua meter. Satu koma empat meter. Artinya tembakan (yang dilepaskan oleh tersangka Robiq Zaenudin) itu mematikan dan sangat brutal. Sudah jelas faktanya dan tidak bisa ditutup-tutupi lagi bahwa Aipda Robiq melakukan penembakan secara brutal. Gamma di tengah tidak bawa apa apa. Tidak dalam kondisi membawa senjata. Gamma posisi tidak dalam menyerang Aipda Robiq. Yang kedua, Aipda Robiq tidak terancam nyawanya. Tapi penembakan yang dilakukan Aipda Robiq sangat brutal dekat tidak asa dua meter dan itu mematikan,” papar Zaenal Petir kepada wartawan, seusai rekonstruksi.
Kabid Humas Polda Jateng, Kombes Artanto mengungkapkan, rangkaian rekonstruksi dimulai dari rumah salah satu saksi korban di kawasan Krapyak, lantas menuju kawasan Jalan Pusponjolo untuk mengumpulkan senjata tajam dan merencanakan tawuran, hingga akhirnya bertemu dengan Aipda Robiq di jalanan dan terjadi penembakan oleh Robiq.
“Dari semua lokasi rekonstruksi dari Krapyak, Pusponjolo, Simongan hingga disini (lokasi penembakan di Jalan Candi Prambanan) 42 lebih adegan” kata Artanto.
Ditanya mengenai rangkaian rekonstruksi yang memasukkan adegan persiapan tawuran dengan membawa senjata tajam, Zaenal Petir menegaskan yang penting adalah perhatian pada kasus penembakannya terhadap Gamma.
“Fokusnya penembakan saja. Dan tadi pas penembakan (Gamma) tidak ada membawa senjata tajam,” ujar Zaenal.
Lebih dari itu, Zaenal justru mempertanyakan mengapa polisi menggelar rangkaian rekonstruksi sejak dari adegan pengambilan senjata tajam di rumah salah satu saksi, hingga rencana tawuran, sampai pada ketemu Robiq di jalanan.
Sedangkan pada diri Robiq, tidak digelar rekonstruksi dari mana awal sebelum dia melakukan penembakan, apa yang dilakukan Robiq sebelum menembak Gama dan teman-teman, Robiq ada dimana dan melakukan kegiatan apa, sebelum bertemu dengan Gamma dan reman-teman dan melakukan penembakan di jalanan.
“Saksi korban (teman-teman Gamma) disuruh cerita dari awal kamu ketemu dimana, anak anak direkonstruksi dari mana. Nah saya minta rekonstruksi Aipda Robiq (sebelum ketemu Gamma dan akhir ya melaksanakan penembakan) awalnya dari mana. Itu yg tidak direkonstruksi. Kamu (Robiq) dari mana, jam berapa, lewat mana. Itu tidak. Sedangkan anak-anak lewat mana, ditelusuri. Tapi Robiq tidak ditelusuri,” papar Zaenal Petir. (Cip)