Jatengpress.com, Semarang – Menteri Kelautan dan Perikanan RI, Sakti Wahyu Trenggono mengungkapkan pemerintah akan melakukan revitalisasi terhadap 87 ribu Hektar tambak di sepanjang pesisir pantai Utara (Pantura) Jawa.
Revitalisasi dimaksudkan untuk meningkatkan produktivitas ikan guna memenuhi kebutuhan ekspor. Dari 87 ribu hektar tambak yang akan direvitalisasi, 20 ribu hektar di antaranya akan dibangun untuk budidaya ikan tilapia.
Saat berkunjung ke perusahaan ekspor olahan ikan PT Tilapia Nusantara Jaya Semarang, di Jalan Gunung Kelir Raya, Kawasan Industri Wijaya Kusuma, Kecamatan Tugu, Kota Semarang, Sabtu (28/12), Menteri Sakti Wahyu Trenggono mengungkapkan bahwa ikan tilapia merupakan komoditas ekspor yang memiliki nilai jual tinggi.
Kunjungan Menteri Kelautan dan Perikanan ke perusahaan pengolahan ikan berorientasi ekspor tersebut, untuk melihat langsung proses penjaminan mutu hasil perikanan dan kualitas produk perikanan yang akan dipasarkan.
Selain itu juga untuk memastikan mutu dan keamanan hasil perikanan Indonesia terjaga dengan baik dan memenuhi standar internasional, untuk penuhi kebutuhan pasar domestik maupun ekspor selama masa libur Natal dan Tahun Baru (Nataru). Selain itu, juga untuk memastikan rantai distribusi dan ketersediaan stok ikan aman selama Nataru.
Dalam kunjungannya, Menteri juga melakukan dialog dengan kalangan pengusaha perikanan.
Dari kunjungan tersebut Menteri Trenggono memperoleh laporan bahwa kebutuhan PT Tilapia Nusantara Sakti Semarang terhadap bahan baku ikan tilapia mencapai 36 ribu ton setiap tahun, dan kebutuhan tersebut belum bisa dipenuhi. Oleh karena itu masih terbuka sangat luas peluang untuk membudidayakan ikan tilapia guna memenuhi kebutuhan ekspor. Adapun pengolahan ikan tilapia merupakan bagian dari hilirisasi sektor perikanan.
“Jadi proses hilirisasi ini tidak Masalah. Karena hilirisasi adalah penciptaan nilai tambah. Yang menjadi concern adalah bagaimana sisi hulu betul-betul bisa disiapkan dengan baik. Inilah yang kemudian menjadi bagian dari belanja Maslaah. Yang kemudian kita bisa lihat bahwa revitalisasi tambak pantura seluas 87 ribu hektar itu menjadi sangat dibutuhkan. Kenapa demikian, karena kalau hal itu bisa dilakukan, betul betul hal-hal yang dialami oleh PT Tilapia ini tidak terjadi,” kata dia, didampingi Bayu Latif, Plan Manager PT Tilapia Nusantara Jaya, seusai melakukan peninjauan ke proses produksi PT Tilapia.
Salah satu keunggulan proses produksi hingga ekspor ikan tilapia, karena nyaris seluruh bagian ikan ini bisa diekspor.
“Prosesnya bagus sekali, ternyata tilapia itu bisa diproses sedemikian rupa, lalu kemudian tidak ada satupun yang tersisa, karena sisanya pun akan punya nilai yang tinggi. Dan disini PT Tilapia kekurangan pasokan,” ujar dia.
Lebih lanjut Sakti Wahyu Trenggono menyampaikan, jika revitalisasi tambak pantura bisa selesai dilakukan dalam waktu dua sampai tiga tahun ke depan, maka sudah bisa menjadi solusi bagi kebutuhan ikan tilapia.
Dari 87 ribu hektar tambak yang ada di Pantura Jawa, 20 ribu hektar di antaranya adalah milik pemerintah dalam hal ini Kementerian Kelautan dan Perikanan. 20 ribu hektar itulah yang disiapkan untuk pengembangan budidaya ikan tilapia. Karena merupakan lahan milik pemerintah, maka dipastikan akan lebih mudah dan lebih cepat bagi revitalisasi emuju lenbudidyaaan ikan tilapia.
“Untuk revitalisasi itu, lahannya adalah milik pemerintah yaitu Kementerian Perikanan. Dengan demikian akan lebih mudah dan lebih cepat untuk kita bangun. Dan fokusnya adalah untuk tilapia,” ujar dia.
Alasan dipilihnya ikan tilapia untuk dikembangkan pembudidayaannya melalui revitalisasi tambak, menurut Sakti Wahyu Trenggono, karena ikan tilapia adalah salah satu komoditas yang paling mudah untuk dibudidayakan di wilayah Pantura dengan kondisi lingkungan yang ada, selain juga marketnya yang begitu besar.
“Pasar ekspor tilapia sendiri menurut data market research yang kita terima, sekitar 23 miliar dolar. Jadi kalau kita mampu memproduksi yang signifikan dengan kualitas yang baik, menurut saya selain untuk kepentingan dalam negeri, juga untuk ekspor,” lanjutnya.
Dari data yang diperoleh Jatengpress.com, tilapia adalah jenis ikan air tawar yang berasal dari Afrika dan Timur Tengah, dagingnya lezat dan mengandung gizi protein tinggi, kandungan lemak rendah, merupakan sumber vitamin B12 dan asam lemak omega-3.
Ukuran dewasa siap panen berkisar 30 sampai 60 cm dengan berat 0,5 sampai 2 kg. Ikan ini relatif lebih mudah dipelihara dan perkembangbiakannya cepat. Oleh karenanya bisa dijadikan komoditas budidaya andalan bagi petambak.
Dalam kunjungannya tersebut, Menteri Trenggono juga menyerahkan sertifikat HACCP kepada PT Tiapia Nusantara Jaya untuk tiga produk, yaitu Frozen Demersal Fish, Frozen Pelagic Fish, dan Frozen Tilapia. (Cip)