KARANGANYAR, JATENGPRESS.COM-Penyelenggaraan Solo Batik Festival 2024 selama tiga hari, Selasa-Kamis (22-24/10) diapresiasi. Event tahunan ini berisi edukasi melanjutkan batik sebagai warisan budaya dan pendongkrak ekonomi.
Apresiasi itu disampaikan langsung Presiden Direktur Gabungan Koperasi Batik Indonesia (GKBI) Investment H RM Edy Santosa MM MBA kepada pengurus Koperasi Batari Solo dan segenap kepanitiaan Solo Batik Festival. Ia mengatakan banyak kendala menghadang industri batik berkembang sering zaman. Selain kalah dengan teknologi printing, juga tak banyak lagi generasi muda melirik batik tulis untuk ditekuni. Padahal batik sudah diakui UNESCO warisan dunia asal Indonesia.
“Dengan makin seringnya seminar dan workshop tentang batik, diharapkan meregenerasi pecinta batik dan mau menekuninya. Solo Batik Festival yang diselenggarakan Koperasi Batari bekerjasama dengan multistakeholder memberikan edukasi tentang batik, merupakan upaya tepat,” katanya saat talkshow bertema ‘Temu Kangen’ di gedung Batari Solo, Kamis (24/10).

Ia meyakini pemerintah di kabinet Prabowo-Gibran mampu memberi solusi mempertahankan batik Indonesia dalam menjaga warisan budaya maupun menyuplai ketahanan ekonomi sektor industri kreatif.
Ia menyampaikan GKBI berkiprah sejak 19 September 1948. Koperasi ini juga mendirikan Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil Bandung, dimana lulusannya membaktikan diri ke negeri di berbagai bidang termasuk birokrasi dan dunia usaha. Koperasi juga memiliki lebih dari 8.000 anggota. Seiring berjalannya waktu, jumlah anggota aktif tak sampai 25 persen atau hanya 400 anggota yang tersisa di Pulau Jawa. Bahkan hanya tersisa lima perajin primer di DIY.
“Batik mau dibawa kemana jika pemuda tak mau meneruskan,” katanya.
Untungnya regenerasi tak hanya diampu GKBI. Sebab banyak bermunculan komunitas batik dan pecinta seni membatik di berbagai kota. Koperasi di daerah juga mengembangkan bisnis dengan inovasi pada aset maupun jejaring usaha kuliner.
Ketua GKBI, Toha Supandi SH mengajak pengurus koperasi dan stakeholder mengembalikan batik ke masa emasnya. Ia menyadari itu tidaklah instan, karena membutuhkan keseriusan dan komitmen semua pihak.
“Kita sama-sama berjuang. Batik ini sudah go Internasional. Artinya, semua metode harus menyesuaikan kebutuhan batik go Internasional,” katanya.
Ia meminta edukasi tentang batik lebih masif. Organisasinya di daerah perlu membuat event dan ruang praktik membatik tulis.
“Momentum primer seperti hari batik dan promosi disediakan tempat edukasi seperti ini,” katanya.
Hadir dalam kesempatan itu Rektor UNSA sekaligus pemerhati sosial budaya Kota Solo, Astrid Widayani. Ia mengapresiasi pemerintah setempat yang melindungi kawasan heritage Kampung Batik Laweyan dan Kampung Batik Kauman. Namun itu belum cukup untuk bisa melakukan intervensi secara masif. Ia yang juga calon wakil walikota Surakarta memiliki program unggulan Senin Berkain Bersama Respati-Astrid.
“Penggunaan batik di Sekolah tambah di hari Senin. Ini akan menumbuhkan semangat pelaku UKM batik memproduksi batik dari industri lokal,” katanya.
Sementara itu menandai penutupan Solo Batik Festival 2024, Ketua Koperasi Batari Ir H Batari Nawan Basuki menyerahkan beasiswa pendidikan ke 27 pelajar berprestasi keluarga besar pengurus dan karyawan koperasinya. Penyerahan dilakukan secara simbolis. (Abdul Alim)