Jatengpress.com, Magelang – Setelah hampir 13 tahun berada di “pengasingan”, kini Candi Lumbung telah ditempatkan di lokasi anyar, Desa Sengi, Kecamatan Dukun, Kabupaten Magelang.
Sebelumnya, penempatan sementara di Dusun Tlatar, Desa Krogowanan, Kecamatan Sawangan, Kabupaten Magelang, untuk mengjindari ancaman bahaya erupsi Gunung Merapi.
Terkait pemindahan ke tempat baru, puluhan umat Hindu menggelar ritual pengembalian roh atau Taksu Bali di Candi Lumbung.
Menurut Eri Budiarto, Koordinator pemindahan Situs Candi Lumbung pada Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) Wilayah X, prosesi ritual pemindahan itu sebagai implementasi dari UU Nomor 5 Tahun 2017 tentang Objek Pemajuan Kebudayaan. Tidak hanya fokus benda cagar budaya, namun objek kemajuan kebudayaan seperti melakukan upacara ibadah yang dilakukan di Candi Hindu maupun Candi Buddha
“Hari ini kita melaksanakan upacara pengembalian roh itu sesuai tradisi dari masyarakat Hindu Bali,” jelasnya.
Semula, lanjut Eri, Candi Lumbung berada di bantaran Sungai Pabelan, Desa Sengi. Karena ancaman banjir lahar dingin akibat erupsi Merapi 2010, struktur bangunan Candi Lumbung di Desa Tlatar.
Hampir 13 tahun kemudian, pada akhir tahun 2023, Candi Lumbung kembali dipindahkan ke lokasi asalnya di Desa Sengi.
“Pemindahan dilakukan dua tahap dan alhamdulillah proses pemindahan ke Desa Sengi sudah selesai. Insya Allah selamanya akan di sini,” ujarnya.
Eri menyebut, struktur bebatuan Candi Lumbung, saat dilakukan penyusunan hanya terdapat 75 persen batu asli dan sisanya batu baru. Hal itu dimaksudkan agar konstruksi candi dan pengunjung lebih aman.
Selain itu, karena bagian tubuh dan atap (batu kulit) Candi Lumbung setinggi 17 meter telah hilang dan hingga saat ini belum ditemukan. Sehingga BPK tidak dapat memasangnya.
“Kemungkinan saat terjadi bencana Merapi, batu tersebut jatuh ke sungai dan hilang. Karena sampai saat ini kita cari juga tidak ketemu untuk batu kulit bagian atap,” terangnya.
Bila bangunan Candi Lumbung berdiri kokoh akan dilakukan tahap penataan lingkungan. Di antaranya pemerataan halaman kompleks candi. Karena jika tidak diratakan, supaya tidak banjir saat musim hujan.
“Karena permulaan tanah lebih rendah dari saluran irigasi, nanti kita lakukan penataan lahan termasuk pembuatan saluran irigasi dan jalan masuk,” beber Eri.
Ida Pedanda Gede Dwaja Tembuku, perwakilan umat Hindu, menuturkan, lokasi baru Candi Lumbung saat ini sudah layak. Karena semula terletak di pertemuan aliran Kali Pabelan berhulu di Gunung Merbabu, maka keberadaan roh akan berada di Barat.
“Di sinilah posisi candi paling tepat sesuai ajaran Hindu, yakni sebagai simbol kemakmuran,” katanya.
Menurutnya, tanah baru Candi Lumbung akan menghasilkan oksigen.
“Tanpa oksigen kita tidak bisa hidup. Jadi ini taksu ini akan memberi warna, memberi penghidupan yang sangat terkait dengan keberadaan Candi Asu, dan Candi Pendem,” ungkapnya. (*)